Jumat, 29 Oktober 2010

mahasiswa ku


"mereka yang lugu datang setiap tahunnya hanya untuk di tipu mentah-mentah oleh para pelacur moral yang pintar berbicra dan sok sosialis di atas tanah kapitalis..............mereka yang lebih pelacur di atas pelacur hanya bisa mengeluarkan kebijakan dengan cepat hanya untuk menguras uang para pendatang baru ini.....

mereka yang di kabarkan dan di banggakan rakyat "papa" untuk menyambung lidah mereka di hadapan kaum penguasa ber"poenya" pun di kemudian hari hanya bisa duduk diam terbelenggu dalam liciknya sekolah kapitalis.................karena mereka juga telah menjadi bagian dari hantu penguasa tiran.......

mereka dan orang tuanya tidak pernah tahu dan tidak akan pernah tahu bahwa dirinya dan anaknya hanya akan di jadikan kerbau yang di pacuk hidungnya dan di stempel untuk menjadi budak-budak para penguasa tiran....................

mereka yang datang dari kejauhan hiruk pikuk dan hingar bingarnya bunyi alat produksi hanya untuk menimba ilmu yang telah di rasuki hantu penguasa yang telah memanusiakan manusia menjadi individualistic, hedonistic dan neo-liberalisme ....................


ohhh....tubuh,,,,,sampai kapan kau menahan leher yang telah tercekik ini untuk mengeluarkan suara yang lantang menolak semua nafsu keserakahan mereka............
ohhh....tuhan,,,,,sampai kapan kau menahan tubuh ini di dunia mu kalau hanya kau jadikan aku titik putih yang sangat kecil di antara luasnya hitam yang sedikit demi sedikit menusuk nusuk ku............
semoga darah dari luka tusukkan mereka yang hitam akan menjadi putih yang dapat merobohkan istana-istana kemunafikkan........

Surat dari Che Guevara, untuk Kawan-kawan Muda


Kami percaya bahwa perjuangan revolusioner adalah suatu perjuangan yang sangat panjang, sangat sulit. Sulit, tetapi jelas tidak berarti mustahil, bahwa suatu kemenangan revolusi di suatu negara hanya akan terjadi di negara itu saja. (Che Guevara)

Kalau aku boleh memilih untuk berjuang, mungkin saat ini aku ingin tinggal bersama kalian. Melewati jalanan yang padat lalu lintas, dengan iring-iringan spanduk yang panjang, kalian ketuk nurani para penguasa. Kaum yang berbaju megah, berkendaraan bagus dan punya mobil mengkilap. Kalian pertaruhkan segalanya, kesempatan untuk hidup senang, kemapanan pekerjaan, dan sekolah yang kini kian mahal. Buang segala teori sosial yang ternyata tak bisa membaca kenyataan. Keluar kalian dari training-training yang pada akhirnya tidak membuat kita paham dan mau membela orang miskin. Kupilih tinggal serta berjuang di hutan karena di sana aku kembali mendengar rintih dan suara orang yang hidupnya menderita.

Andaikan aku masih diberi kesempatan untuk kembali ke negerimu pastilah aku enggan untuk duduk di kursi. Akan aku habiskan waktuku untuk mengelilingi kotamu yang padat dengan orang miskin. Akan kusapa setiap anak lapar yang menjinjing bekas botol minuman untuk mendapat uang receh. Akan aku datangi para nelayan yang kini lautnya dipenuhi oleh pipa-pipa gas perusahaan asing. Akan kubantu para buruh bangunan yang menghabiskan waktunya untuk memanggul alat-alat berat. Dan akan kutemani para buruh pabrik yang masih saja diancam oleh PHK. Tentu aku akan mendatangimu anak muda, yang resah dengan kenaikan BBM atau proyek pendidikan yang kian hari kian mahal. Kurasa aku tidak bisa istirahat jika tinggal di negerimu.

Kalau aku boleh memilih untuk melawan, mungkin sekarang ini aku akan duduk bersama kalian. Aku akan bilang kalau perjuangan bukan saja melalui tulisan, puisi, buku, apalagi setajuk proposal! Perjuangan butuh keringat, pekikan suara, dan dentuman kata-kata. Kita bukan melawan seekor siput tapi buaya yang akan menerkam jika kita lengah. Hutan rimba mengajariku untuk tidak mudah percaya pada mulut-mulut manis. Hutan rimba mendidikku untuk tidak terlalu yakin dengan janji. Aku sudah hapal mana tabiat srigala dan mana watak kelinci. Kalau kau baca tulisanku, mustinya kau bisa meyakini, kalau kekuasaan hanya bisa bertahan selama kita mematuhinnya. Kekuasaan bisa bertahan selama mereka mampu menebar ketakutan. Dan aku sejak dulu dididik untuk selalu sangsi dan curiga pada penguasa!

Kalau aku bisa memilih, mungkin sekarang aku ingin berjalan dengan kalian. Menonton orang-orang pandai berdebat di muka televisi atau aktivis yang melacurkan keyakinannya. Ngeri aku menyaksikan orang-orang pandai yang berbohong dengan ilmunya. Sederet angka dibuat untuk membuat orang percaya bahwa si miskin makin hari makin berkurang. Menonton aktivis senior yang kini juga berebut untuk duduk jadi penguasa. Katanya: di dalam kekuasaan tidak ada suara rakyat maka kita mengisinya. Aku bilang, itulah para pembual yang yakin jika perubahan bisa muncul karena kita duduk di belakang meja. Demokrasi acapkali berangkat dari dalil yang naif seperti itu. Aku sayangnya tak lagi bisa memilih, untuk berdiri dan berbincang dengan kalian semua.

Anak muda, aku telah tuliskan puluhan karya untuk menemanimu. Dibungkus dengan sampul wajahku, yang tampak belia dan mungkin tampan, aku tuangkan pesan kepada kalian. Keberanian yang membuat kalian akan tahan dalam situasi apapun! Hutan melatihku untuk percaya kalau kemapanan, kenikmatan badaniah, apalagi kekayaan hanya menjadi racun bagi tubuh kita. Kemapanan membuat otakmu makin lama makin bebal. Kau hanya mampu mengunyah teori untuk disemburkan lagi. Kemapanan membuat hidupmu seperti seekor ular yang hanya mampu berjalan merayap. Kekayaan akan membuat tubuhmu seperti sebatang bangkai. Hutan melatihku untuk menggunakan badanku secara penuh. Kakiku untuk lari kencang bila musuh datang dan tanganku untuk mengayun pukulan jika aku diserang. Anak muda, nyali sama harganya dengan nyawa. Jika itu hilang, niscaya tak ada gunanya kau hidup!

Keberanian itu seperti sikap keberimanan. Jika kau peroleh keberanian maka kau memiliki harga diri. Sikap bermartabat yang membuatmu tidak mudah untuk dibujuk. Hutan membuatku selalu awas dengan ketenangan, kedamaian, dan cicit suara burung. Hutan melatihku untuk sensitif pada suara apa saja. Jangan mudah kau terpikat oleh kedudukan, pengaruh, dan ketenaran. Kedudukan yang tinggi akan membuatmu seperti manusia yang diatur oleh mesin. Kutinggalkan jabatan menteri karena hidupku menjadi lebih terbatas dan ruang sosialku dipenuhi oleh manusia budak, yang bergerak kalau disuruh. Apalagi ketenaran hanya akan mendorongmu untuk selalu ingin menyenangkan semua orang, membuat lumpuh energi perlawananmu. Ingat, racun segala perubahan ketika dirimu merasa nyaman.

Rasa nyaman yang kini kusaksikan di sekelilingmu. Anak-anak muda yang puas menjadi pekerja upahan sambil menyita tanah sesamanya. Ada anak muda yang duduk di parlemen malah minta tambahan gaji! Anak muda yang lain dengan tenaganya menyumbangkan diri untuk menjadi preman bagi kekuasaan bandit. Bahkan pendidikan hukum mereka gunakan untuk membela kaum pengusaha ketimbang orang miskin. Anak-anak muda yang banyak lagak ini memang tidak bisa dibinasakan. Mereka hidup karena ada kemiskinan, keculasan kekuasaan, dan lindungan proyek lembaga donor. Aku enggan untuk berjumpa dengan anak muda yang hanya mengandalkan titel, keperkasaan, dan kelincahan berdebat. Aku ragu apakah mereka mampu serta sanggup untuk melawan arus.

Arus itulah yang kini menenggelamkan nyali kita semua. Murah sekali harga seorang aktivis yang dulu lantang melawan, tapi kini duduk empuk jadi penguasa. Murah sekali harga idealisme seorang ilmuwan yang mau menyajikan data bohong tentang kemiskinan. Murah sekali harga seorang penyair yang mau rame-rame mendukung pencabutan subsidi. Aku gusar memandang negerimu, yang tidak lagi punya ksatria pemberani. Seorang kstaria yang mau hidup dalam kesunyian dan dengan gagah meneriakkan perlawanan. Tulisan adalah senjata sekaligus bujukan yang bisa menghanyutkan kesadaran perlawanan. Kau harus berani mempertahankan nyalimu untuk selalu bertanya pada kemapanan, kelaziman, dan segala bentuk pidato yang disuarakan oleh para penguasa.

Yang kauhadapi sekarang ini adalah sistem yang kuncinya tidak terletak pada satu orang. Kau berhadapan dengan dunia pendidikan yang menghasilkan ilmu tentang bagaimana jadi budak yang baik. Kau kini bergulat dengan teman-temanmu sendiri yang bosan hidup berjuang tanpa uang. Kau sebal dengan parlemen yang dulu ikut kau pilih, tetapi kini tambah membuat kebijakan yang menyudutkan rakyat. Kau perlahan-lahan jadi orang yang hanya mampu melampiaskan kemarahan tanpa mampu untuk merubah. Kau kemudian percaya kalau pemecahannya adalah melalui mekanisme, partisipasi, dan dukungan logisistik yang mencukupi. Kau diam-diam tak lagi percaya dengan revolusi. Kau yakin perubahan bisa berjalan kalau dijalankan dengan berangsur-angsur dan membuat jaringan. Gerakanmu lama-lama mirip dengan bisnis MLM.

Saudaraku yang baik! Hukum perubahan sosial sejak dulu tidak berubah. Kau perlu dedikasikan hidupmu untuk kata yang hingga kini seperti mantera: lawan! Lawanlah dirimu sendiri yang mudah sekali percaya pada teori perubahan sosial yang hanya cocok untuk didiskusikan ketimbang dikerjakan. Lawanlah pikiranmu yang kini disibukkan oleh riset dan penelitian yang sepele. Kemiskinan tak usah lagi dicari penyebabnya tapi cari sistem apa yang harus bertanggung jawab. Ajak pikiranmu untuk membaca kembali apa yang dulu kukerjakan dan apa yang sekarang dikerjakan oleh gerakan sosial di berbagai belahan dunia. Gabungkan dirimu bukan dengan LSM, tapi bersama-sama orang miskin untuk bekerja membuat sistem produksi. Tak ada yang bermartabat dari seorang anak muda, kecuali dua hal: bekerja untuk melawan penindasan dan melatih dirinya untuk selalu melawan kemapanan.

Kamis, 28 Oktober 2010

"Secuil" Goresan tentang Sang Maestro Teori-Teori Ekonomi Modern

“Tak ada seni yang bisa dipelajari dengan cepat oleh pemerintahan, kecuali seni menguras uang dari kantong penduduk.” (Adam Smith, The Wealth of Nations, 1776)

Seperti disiplin ilmu lainnya, ekonomi tidak berkembang dalam ruang hampa. Gagasan ilmu ekonomi dikembangkan oleh mereka yang menanggapi masalah dan isu-isu penting pada masanya. Pemahaman terhadap sejarah sangat diperlukan untuk memahami fungsi ilmu ekonomi dan bagaimana para ahli ekonomi di masa lampau
merespons isu-isu pada zamannya.

Sebuah narasi kritis telah hadir untuk menyikapi pergumulan intelektual dalam menyelesaikan masalah ekonomi modern. Sejarah ekonomi modern dengan plot yang cerdas, setara dengan plot kisah novel historis terbaik ini dapat disimak dalam buku karya genius akademisi, Mark Skousen, berjudul Sang Maestro Teori-teori Ekonomi Modern. Alur ceritanya adalah kisah tentang perjuangan umat manusia dalam mencari kekayaan dan kemakmuran serta pencarian model ekonomi yang bisa memenuhi kebutuhan umat manusia.

Karakter Utama
Pada mulanya adalah Adam Smith (1723-1790), salah seorang proponen era Pencerahan Skotlandia (Scottish Enlightenment) serta pendukung kebebasan alamiah dan persaingan—filsafat utama yang diajarkannya. Dia menulis tentang tiga tujuan pemerintahan: mengangkat negara dari barbarisme rendah menuju tingkat kemakmuran tertinggi dengan cara damai, pajak ringan, serta dengan administrasi yang adil dan toleran. Profesor asal Skotlandia ini adalah pendukung utama tingkat kebebasan maksimum dalam masyarakat, termasuk diversitas hiburan—sepanjang tidak menimbulkan skandal dan ketidaksenonohan.
Pada 9 Maret 1776, sebuah penerbit terkemuka di London, William Strahan & Thomas Cadell, meluncurkan dua jilid buku monumental berjudul An Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of Nations, yang tebalnya lebih dari 1.000 halaman. Buku tebal dan berjudul panjang ini tampaknya telah ditakdirkan untuk menimbulkan pengaruh yang sangat luas di seluruh dunia. Penulisnya adalah Dr. Adam Smith, profesor pendiam dan linglung yang mengajar “filsafat moral” di Universitas Glasgow, Inggris.
Filsafat kebebasan alamiah dan invisible hand yang diajarkan Adam Smith menjadi karakter utama dalam sejarah ekonomi modern. Tatkala Revolusi Industri di Inggris (c. 1760) dan kebebasan politik muncul ke panggung sejarah, terciptalah era baru kemakmuran dan pertumbuhan ekonomi sepanjang dua abad sesudahnya. Model kemakmuran ala putra terbaik Skotlandia yang tercerahkan ini segera menyebar ke Perancis (via Jean Baptisté Say dan Claude Frédéric Bastiat), ke Amerika Serikat (Thomas Jefferson), dan ke seantero dunia Barat.
Namun optimisme Adam Smith segera ditentang oleh Thomas Robert Malthus (1766-1834) dan David Ricardo (1772-1823), dua tokoh intelektual yang sangat berpengaruh pada masa itu. Keduanya mengemukakan doktrin yang muram tentang hukum besi upah subsisten (standar minimum) dan penderitaan kelas buruh yang tiada akhir. Ramalan yang pesimistis ini segera diikuti oleh munculnya John Stuart Mill (1806-1873) yang terombang-ambing di antara kebebasan (liberty) dan sosialisme, ketika komunitarianisme utopian mencapai puncak kemasyhurannya. Kemudian, pada Revolusi Indistri di pertengahan abad ke-19, Karl Heinrich Marx (1818-1983) muncul secara mengejutkan di panggung sejarah. Ia berbicara tentang eksploitasi dan alienasi (keterasingan) di kalangan kaum buruh industri. Dengan cara ini, Marx menyeret ekonomi ke dalam abad kegelapan baru. Bangkitnya sosialisme akan menjadi lawan paling tangguh bagi kapitalisme ala Adam Smith di sepanjang abad sesudahnya.
Untungnya, muncul cahaya baru yang mengimbangi kekuatan gelap sosialisme ini. Revolusi “marginal” ini menghidupkan kembali karakter invisible hand Adam Smith. Cahaya ini berasal dari tiga sumber—Carl Menger di Austria, Léon Walras di Swiss, dan William Stanley Jevons di Inggris. Eugen von Böhm-Bawerk, salah seorang rekan Menger, adalah ekonom pertama yang mengkritik keras teori nilai tenaga kerja dan eksploitasi buruh yang diajukan Marx. Melalui textbook karya Alfred Marshall di Inggris serta Frank W. Taussig dan Irving Fisher di Amerika Serikat, model ekonomi ala Adam Smith mulai dibangun kembali. Begitu bangkit kembali, model ini kemudian melancarkan serangan balik yang efektif terhadap sosialisme yang sedang tumbuh. Ekonomi ilmiah, dengan demikian, telah datang.

Ekonomi Baru
Namun dunia kapitalisme pasar bebas Adam Smith dihantam keras oleh guncangan dunia usaha pada 1929 dan meledaknya Depresi Besar (Great Depression) pada era 1930-an. Para ekonom neoklasik berhasil menangkap perbedaan halus antara penawaran (supply) dan permintaan (demand), tetapi mereka gagal menguak rahasia “koneksi uang” (money nexus), yakni hubungan vital antara ekonomi mikro dan ekonomi makro. Pada awal abad ke-20, profesor dari Yale, Irving Fisher, berjuang keras menemukan rantai yang hilang dalam hubungan antara mikro dan makro ekonomi. Ludwig von Mises, dengan bertumpu pada karya besar Knut Wicksell dari Swedia, akhirnya berhasil menjembatani jurang pemisah antara mikro dan makro ekonomi dalam karyanya berjudul Theory of Money and Credit.
Lantas siapa yang menyelamatkan kapitalisme? Pada saat ini terjadi pertempuran antara ekonomi klasik yang membela kebijakan laissez faire, melawan kaum sosialis dan Marxis yang menuntut revolusi menggulingkan tatanan lama. Di tengah-tengah perang intelektual yang hebat ini muncullah John Maynard Keynes, sang juru selamat ekonomi kapitalisme. Pahlawan dari Cambridge ini mengajukan model baru yang canggih yang didasarkan pada “hipotesis ketidakstabilan finansial” yang melekat di dalam sistem kapitalis.
“Ekonomi baru” ini menuntut adanya intervensi pemerintah di arena moneter dan fiskal untuk menstabilkan ekonomi pasar. Namun berbeda dengan Marxisme, model Keynesian tidak mensyaratkan nasionalisasi atau kontrol mikro atas supply and demand. Model klasik penghematan, anggaran berimbang, pajak rendah, dan standar emas dikaitkan dengan periode full employment. Adapun rumusan Keynesian tentang permintaan konsumen, pembiayaan defisit, pajak progresif, dan fiat money berperan penting di masa resesi ekonomi.

Ekonomi Pasar
Para ekonom-monetaris anti-revolusi pimpinan Milton Friedman, mulai memfokuskan pada ketidakstabilan kebijakan makro pemerintah. Friedman yang lebih mengandalkan karya empiris ketimbang model abstrak, menunjukkan bagaimana institusi ciptaan pemerintah, yakni Federal Reserve (The Fed), berperan sebagai biang keladi yang memicu Depresi Besar.
Dengan mengadopsi kebijakan moneter yang stabil, ekonomi pasar yang mengatur diri sendiri ala Adam Smith sekali lagi bisa berkembang. Mazhab Chicago menjadi motor penggerak di balik gerakan kembali ke ekonomi klasik. Mazhab ini juga menunjukkan perlunya bukti empiris untuk mendukung teori. Tak lama kemudian aliran ekonomi pasar bebas lainnya, seperti aliran supplya side, aliran ekspektasi rasional, dan aliran Austria mulai menentang ajaran monolitik Keynesian.
Kemenangan ekonomi pasar mencapai puncak kejayaannya bersama dengan jatuhnya sistem ekonomi Soviet pada awal tahun 1990-an. Ekonom Austria, Ludwig von Mises dan Friedrich von Hayek, telah lama meramalkan ambruknya sistem perencanaan terpusat sosialis. Kini prediksi mereka terbukti. Kegagalan paradigma sosialis membuka era baru perdagangan bebas, denasionalisasi, dan privatisasi di seluruh negara maju.
Dengan narasi seperti novel bestseller dan paparan yang cerdas, Mark Skousen membawa pembaca masuk ke dalam kancah pergumulan pemikiran ekonomi dengan semua aliran (mazhab ekonomi) dan pertentangan di antara mereka. Pembaca yang tidak berlatarbelakang ilmu ekonomi sekalipun dapat dengan mudah memahami bagaimana ilmu ekonomi bisa berkembang sampai mendapatkan bentuknya yang sekarang ini.
Kelebihan buku ini tidak sekadar cerita tentang pertarungan ide, namun juga memuat kisah yang ganjil dari para tokohnya. Skousen secara menarik membeberkan kehidupan pribadi para ekonom yang sering kali aneh dan ganjil. Pembaca akan menemukan cerita aneh, seperti seorang ekonom yang sangat terpesona oleh telapak tangan seseorang sehingga dia menyimpan cetakan tangan dari teman-temannya; seorang menteri Keuangan yang berparade di jalan-jalan di kota Wina dengan dua pelacur; seorang ekonom dan profesor filsafat moral yang membakar bajunya, kemudian membakar tulisannya sebelum ia meninggal dunia.

SURAT FIDEL CASTRO UNTUK CHE GUEVARA


Ernesto "Che" Guevara, kehidupan dunia, kawan, kehidupan kutub Barat dan kutub Timur, kehidupan revolusi, kehidupan langit dan kehidupan bangsa kapitalis, apakah cukup panjang jika waktu itu kau juga jaga dari rasa bosan perjalanan dan keinginan untuk tetap bertahan pada tingginya tebing-tebing sunyi dan lebatnya hutan perjuangan, hentikan pertapaanmu manakala melihat manusia banyak yang begitu tidak menapak tanah, menepuk dada, memainkan pola pikir tuan tanah dan bayangannya menginjak anak-anak bangsa tanpa bapak, padahal kaki dan jasadnya menyetubuhi lapar sang janda.

Ernesto "Che" Guevara, kawanku, bertelanjang dada lah dibawah sinar matahari di pagi hari, sebab dia bersuka rela akan menunjukan dimana nista kita, pun kita sebagai pemimpin perjuangan revolusi, atau hanya kura-kura yang mengejewantah dan ingin di posisikan selalu sebagai pemimpin para pemimpin. Hidup, mati dan air adalah buku suci tiap kaca dan kata-kata nya adalah masa depan jika kau salah membalik apalagi membaca penyesalan dan ratapan adalah senantiasa.

Ernesto "Che" Guevara, kawanku, jangan kau pedulikan ajaran tentang cinta jika masih ada manusia yang didera dahaga jangan kau pelajari arti tentang jiwa jika masih ada manusia yang saling menghamba sesama jangan kau sentuh sebuahpun dari berpuluh macam manifesto jika hatimu masih tak percaya adanya Sang Maha Kuasa.

Salam Revolusi dari jauh, Fiedel Castro, Kawan seperjuangan.
Dalam sebuah puisi fiksi, yang tidak bakal pernah termuat.

selamat Ulang Tahun Sayang! (Surat Untuk sang kekasih) 8 agustus 2010

Membaca judul surat ini, kau pasti heran, bukan?
Tunggu! kau gak pantas untuk heran sayang!
Bukannya kemarin kau yang ngajari saya menulis surat?
ingat, gak?

Setiap isi surat mu, selalu bercerita dengan cerita yang berbeda.
Kadang, kau tersenyum bahwa dirimu sedang jatuh cinta pada surga.
Kadang juga kau menitikkan air mata sambil berkata bahwa dirimu sedang putus cinta terhadap neraka.

Di lain surat, kau juga pernah bercerita kalau dirimu sedang menderita sakit perut.
Namun, di penutup kau mengatakan kalau dirimu sedang sakit kepala.
Yang manakah, yang betul?

Ah, jangan-jangan hari ini bukan hari ulang tahun sayang.......
Tetapi, hari kau lahir sebagai manusia yang baru......
Hari di mana ayah dan ibu mu sedang menonton televisi yang memutar cerita
tentang tangisan. Adakah seperti itu sayang?

kau tidak salah paham tentang surat ku ini, bukan?
Ah, aku tahu kau bukan orang seperti itu! kau orang peramah
yang berpikiran tamah. kau penyair yang menganggap puisi adalah puisi. Iya, kan?

Sebagai penutup surat ku ini,
ku lafazkan kalimat yang amat sederhana:
“Selamat ulang tahun sayang! Semoga panjang umur! Sukses menyertaimu kekasihku!
Semoga bibirmu itu selalu mengisahkan kisah-kisah senyuman
pada diarymu yang selalu setia menanti cerita!”

Tunggu!
Sudahkah kau menjawab pertanyaan ku itu...?
Tidakkah ingin kau membacakan sebuah puisi yang indah,
melebihi indahnya puisi yang pernah dibuat oleh penyair mana pun?

coretan tanpa judul



jangan pernah kau merasa heran dengan semua tulisan ku ini sayang,...karena terkadang tangan ini bisa menukil haru-birunya isi hati ketika perasaan sedang tergoncang oleh sebuah peristiwa yang membuat hati terasa nelangsah...kita telah melewati hari-hari dimana kau dan aku duduk di sebuah kursi kecil yang hanya untuk kita ber-dua sayang,..hmmmmmm...apa kau masih ingat????

apa kau masih ingat ketika kau ber-cerita tentang rusa-rusa yang berlari kecil di blantara rumput hijau nan luas, walaupun kau juga terkadang menceritakan se-ekor singa yang tengah mencabik-cabik tubuh kelinci kecil dengan buasnya....apakah kau masih ingin terus bercerita tentang indahnya langit yang mem-biru dengan hiasan matahari yang terik,..ataukah kau masih ingin membisikkan kata-kata indah yang membuatku terlelap dalam mimpi se-orang pejuang menyelamatkan negara????atau juga sekarang ini kau begitu merindukan ceritaku tentang perkasanya seorang Achilles yang menembus benteng troya dan gagahnya seorang hector saat mempertahankan negaranya....dengarkan keluh kesah ini sayang; atau kau ingin ku ceritakan tentang kejamnya hitler dalam panji-panji NAZI nya saat merebus manusia dalam air yang panas????apakah kau ingin mendengar liciknya se-orang tirani yang menggunakan agama untuk mempertahankan kekuasaannnya sayang??????

kau dan aku terkadang begitu sama ketika kita sepakat untuk menuju suatu tempat yang sama sayang....namun terkadang kau dan aku begitu berbeda apabila kita mempertahankan kekokohan egosentris yang ada sayangku....namun aku percaya bahwa ini semua adalah sebuah perbedaan yang sengaja di ciptakan tuhanmu dan tuhanku agar kita dapat bersatu dalam sebuah cinta sayang....!!!!!

lihat sayang,..lihat semua tulisan keluh-kesah ku ini....betapa setiap kata-kata yang ku coretkan pada kertas ini selalu tetap menyebutmu "sayang",...betapa indah pujian-pujian yang kusampaikan padamu melalui buku harian ini cintaku...apakah kau tidak melihatnya sayang.....hmmmmmm,..kemana matamu yang indah itu sayang, apakah dia masih bisa melihat kata-kata yang ku tulis dengan peluh yang mengepul di ubun-ubun kepalaku ini???????apakah kau masih dapat merasakan derasnya aliran darah yang mengalir sayang,..karena seperti itu lah perasaan itu sekarang!!!!!!!!

ku harap tulisan ini bukan hanya sekedar coretan yang membuat kau suntuk saat membacanya,...kuharap tidak seperti itu sayang, karena ku tau kau men-cintaiku dengan hatimu dan bukan matamu,....
sebentar sayang..............jangan pernah kau coba untuk menekan tanda call pada handphone mu untuk ku saat ini,...karena bukan tanda terima kasih ataupun makian yang ingin ku dengar saat ini sayang, namun renungan untuk mu sayang,..renungan betapa indahnya kesetiaan burung merpati sayang,....renungan betapa indahnya kesetiaan cinta seorang ratu helena pada pangeran paris sayang,....dan bukan hanya kesetiaan pasukan perang berbaju hitam dari kerajaan argamemon sayang........
hmmmmmmm,....baiklah...mungkin hanya coretan ini yang ingin ku sampaikan padamu malam ini,.....ku harap kau bisa menyumbang sedikit ide mu untuk judul tulisan ini cintaku,...karena aku telah bingung ingin memberikan judul baik apa buat secercah tulisan buruk ini...


.......__selamat malam sayang__.....
"semoga mimpi mu indah pada malam ini"