Kamis, 28 Oktober 2010

"Secuil" Goresan tentang Sang Maestro Teori-Teori Ekonomi Modern

“Tak ada seni yang bisa dipelajari dengan cepat oleh pemerintahan, kecuali seni menguras uang dari kantong penduduk.” (Adam Smith, The Wealth of Nations, 1776)

Seperti disiplin ilmu lainnya, ekonomi tidak berkembang dalam ruang hampa. Gagasan ilmu ekonomi dikembangkan oleh mereka yang menanggapi masalah dan isu-isu penting pada masanya. Pemahaman terhadap sejarah sangat diperlukan untuk memahami fungsi ilmu ekonomi dan bagaimana para ahli ekonomi di masa lampau
merespons isu-isu pada zamannya.

Sebuah narasi kritis telah hadir untuk menyikapi pergumulan intelektual dalam menyelesaikan masalah ekonomi modern. Sejarah ekonomi modern dengan plot yang cerdas, setara dengan plot kisah novel historis terbaik ini dapat disimak dalam buku karya genius akademisi, Mark Skousen, berjudul Sang Maestro Teori-teori Ekonomi Modern. Alur ceritanya adalah kisah tentang perjuangan umat manusia dalam mencari kekayaan dan kemakmuran serta pencarian model ekonomi yang bisa memenuhi kebutuhan umat manusia.

Karakter Utama
Pada mulanya adalah Adam Smith (1723-1790), salah seorang proponen era Pencerahan Skotlandia (Scottish Enlightenment) serta pendukung kebebasan alamiah dan persaingan—filsafat utama yang diajarkannya. Dia menulis tentang tiga tujuan pemerintahan: mengangkat negara dari barbarisme rendah menuju tingkat kemakmuran tertinggi dengan cara damai, pajak ringan, serta dengan administrasi yang adil dan toleran. Profesor asal Skotlandia ini adalah pendukung utama tingkat kebebasan maksimum dalam masyarakat, termasuk diversitas hiburan—sepanjang tidak menimbulkan skandal dan ketidaksenonohan.
Pada 9 Maret 1776, sebuah penerbit terkemuka di London, William Strahan & Thomas Cadell, meluncurkan dua jilid buku monumental berjudul An Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of Nations, yang tebalnya lebih dari 1.000 halaman. Buku tebal dan berjudul panjang ini tampaknya telah ditakdirkan untuk menimbulkan pengaruh yang sangat luas di seluruh dunia. Penulisnya adalah Dr. Adam Smith, profesor pendiam dan linglung yang mengajar “filsafat moral” di Universitas Glasgow, Inggris.
Filsafat kebebasan alamiah dan invisible hand yang diajarkan Adam Smith menjadi karakter utama dalam sejarah ekonomi modern. Tatkala Revolusi Industri di Inggris (c. 1760) dan kebebasan politik muncul ke panggung sejarah, terciptalah era baru kemakmuran dan pertumbuhan ekonomi sepanjang dua abad sesudahnya. Model kemakmuran ala putra terbaik Skotlandia yang tercerahkan ini segera menyebar ke Perancis (via Jean Baptisté Say dan Claude Frédéric Bastiat), ke Amerika Serikat (Thomas Jefferson), dan ke seantero dunia Barat.
Namun optimisme Adam Smith segera ditentang oleh Thomas Robert Malthus (1766-1834) dan David Ricardo (1772-1823), dua tokoh intelektual yang sangat berpengaruh pada masa itu. Keduanya mengemukakan doktrin yang muram tentang hukum besi upah subsisten (standar minimum) dan penderitaan kelas buruh yang tiada akhir. Ramalan yang pesimistis ini segera diikuti oleh munculnya John Stuart Mill (1806-1873) yang terombang-ambing di antara kebebasan (liberty) dan sosialisme, ketika komunitarianisme utopian mencapai puncak kemasyhurannya. Kemudian, pada Revolusi Indistri di pertengahan abad ke-19, Karl Heinrich Marx (1818-1983) muncul secara mengejutkan di panggung sejarah. Ia berbicara tentang eksploitasi dan alienasi (keterasingan) di kalangan kaum buruh industri. Dengan cara ini, Marx menyeret ekonomi ke dalam abad kegelapan baru. Bangkitnya sosialisme akan menjadi lawan paling tangguh bagi kapitalisme ala Adam Smith di sepanjang abad sesudahnya.
Untungnya, muncul cahaya baru yang mengimbangi kekuatan gelap sosialisme ini. Revolusi “marginal” ini menghidupkan kembali karakter invisible hand Adam Smith. Cahaya ini berasal dari tiga sumber—Carl Menger di Austria, Léon Walras di Swiss, dan William Stanley Jevons di Inggris. Eugen von Böhm-Bawerk, salah seorang rekan Menger, adalah ekonom pertama yang mengkritik keras teori nilai tenaga kerja dan eksploitasi buruh yang diajukan Marx. Melalui textbook karya Alfred Marshall di Inggris serta Frank W. Taussig dan Irving Fisher di Amerika Serikat, model ekonomi ala Adam Smith mulai dibangun kembali. Begitu bangkit kembali, model ini kemudian melancarkan serangan balik yang efektif terhadap sosialisme yang sedang tumbuh. Ekonomi ilmiah, dengan demikian, telah datang.

Ekonomi Baru
Namun dunia kapitalisme pasar bebas Adam Smith dihantam keras oleh guncangan dunia usaha pada 1929 dan meledaknya Depresi Besar (Great Depression) pada era 1930-an. Para ekonom neoklasik berhasil menangkap perbedaan halus antara penawaran (supply) dan permintaan (demand), tetapi mereka gagal menguak rahasia “koneksi uang” (money nexus), yakni hubungan vital antara ekonomi mikro dan ekonomi makro. Pada awal abad ke-20, profesor dari Yale, Irving Fisher, berjuang keras menemukan rantai yang hilang dalam hubungan antara mikro dan makro ekonomi. Ludwig von Mises, dengan bertumpu pada karya besar Knut Wicksell dari Swedia, akhirnya berhasil menjembatani jurang pemisah antara mikro dan makro ekonomi dalam karyanya berjudul Theory of Money and Credit.
Lantas siapa yang menyelamatkan kapitalisme? Pada saat ini terjadi pertempuran antara ekonomi klasik yang membela kebijakan laissez faire, melawan kaum sosialis dan Marxis yang menuntut revolusi menggulingkan tatanan lama. Di tengah-tengah perang intelektual yang hebat ini muncullah John Maynard Keynes, sang juru selamat ekonomi kapitalisme. Pahlawan dari Cambridge ini mengajukan model baru yang canggih yang didasarkan pada “hipotesis ketidakstabilan finansial” yang melekat di dalam sistem kapitalis.
“Ekonomi baru” ini menuntut adanya intervensi pemerintah di arena moneter dan fiskal untuk menstabilkan ekonomi pasar. Namun berbeda dengan Marxisme, model Keynesian tidak mensyaratkan nasionalisasi atau kontrol mikro atas supply and demand. Model klasik penghematan, anggaran berimbang, pajak rendah, dan standar emas dikaitkan dengan periode full employment. Adapun rumusan Keynesian tentang permintaan konsumen, pembiayaan defisit, pajak progresif, dan fiat money berperan penting di masa resesi ekonomi.

Ekonomi Pasar
Para ekonom-monetaris anti-revolusi pimpinan Milton Friedman, mulai memfokuskan pada ketidakstabilan kebijakan makro pemerintah. Friedman yang lebih mengandalkan karya empiris ketimbang model abstrak, menunjukkan bagaimana institusi ciptaan pemerintah, yakni Federal Reserve (The Fed), berperan sebagai biang keladi yang memicu Depresi Besar.
Dengan mengadopsi kebijakan moneter yang stabil, ekonomi pasar yang mengatur diri sendiri ala Adam Smith sekali lagi bisa berkembang. Mazhab Chicago menjadi motor penggerak di balik gerakan kembali ke ekonomi klasik. Mazhab ini juga menunjukkan perlunya bukti empiris untuk mendukung teori. Tak lama kemudian aliran ekonomi pasar bebas lainnya, seperti aliran supplya side, aliran ekspektasi rasional, dan aliran Austria mulai menentang ajaran monolitik Keynesian.
Kemenangan ekonomi pasar mencapai puncak kejayaannya bersama dengan jatuhnya sistem ekonomi Soviet pada awal tahun 1990-an. Ekonom Austria, Ludwig von Mises dan Friedrich von Hayek, telah lama meramalkan ambruknya sistem perencanaan terpusat sosialis. Kini prediksi mereka terbukti. Kegagalan paradigma sosialis membuka era baru perdagangan bebas, denasionalisasi, dan privatisasi di seluruh negara maju.
Dengan narasi seperti novel bestseller dan paparan yang cerdas, Mark Skousen membawa pembaca masuk ke dalam kancah pergumulan pemikiran ekonomi dengan semua aliran (mazhab ekonomi) dan pertentangan di antara mereka. Pembaca yang tidak berlatarbelakang ilmu ekonomi sekalipun dapat dengan mudah memahami bagaimana ilmu ekonomi bisa berkembang sampai mendapatkan bentuknya yang sekarang ini.
Kelebihan buku ini tidak sekadar cerita tentang pertarungan ide, namun juga memuat kisah yang ganjil dari para tokohnya. Skousen secara menarik membeberkan kehidupan pribadi para ekonom yang sering kali aneh dan ganjil. Pembaca akan menemukan cerita aneh, seperti seorang ekonom yang sangat terpesona oleh telapak tangan seseorang sehingga dia menyimpan cetakan tangan dari teman-temannya; seorang menteri Keuangan yang berparade di jalan-jalan di kota Wina dengan dua pelacur; seorang ekonom dan profesor filsafat moral yang membakar bajunya, kemudian membakar tulisannya sebelum ia meninggal dunia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar